Kebakaran Kecil di Kilang Minyak Pertamina Dumai
15 Juli 2009

Kilang Minyak Putri Tujuh PT Pertamina Refinery Unit (RU) II Dumai sekitar pukul 11.30 WIB, Rabu (15/7) mengeluarkan api dari Heat Ecxhanger yang berfungsi sebagai alat penukar panas. Api diperkirakan berkobar selama 15 Menit hingga akhirnya berhasil dikendalikan tim Pemadam Kebakaran Pertamina sendiri.

Menurut kesaksian seorang warga, Yasman yang melihat langsung kobaran api dari depan pintu gerbang kilang mengatakan api yang terlihat dari jauh itu mengeluarkan asap hitam tebal yang membumbung ke atas dengan ketinggian api mencapai 4-5 Meter. Ia juga mengatakan terlihat 2 unit mobil ambulance Pertamina memasuki kilang. Namun api tidak begitu lama berkobar karena dengan cepat dipadamkan.

"Saya melihat api di atas asap hitam yang tebal dengan tinggi sekitar hampir sama dengan tinggi pohon kelapa sawit. Jarak saya dari pintu gerbang ke dalam lokasi kilang sekitar satu kilometer. Saat kejadian itu tidak ada terdengar bunyi ledakan," terang Yasman.

Kesaksian lainnya dari lokasi TKP yang enggan disebutkan namanya menagatakan, sebelum kejadian itu sempat terdengar ledakan kecil dan langsung menimbulkan api. Petugas pemadam kebakaran yang memang sudah dipersiapkan di areal kilang langsung melakukan upaya pemadaman dengan busa basah. Saat kejadian itu juga, tidak terlihat kepanikan di areal kilang karena sudah ditangani cepat oleh petugas damkar.

Kepala Divisi Hubungan Media Humas PT Pertamina RU II Dumai, Dasma Sinaga ketika dikonfirmasi mengatakan flash point atau kebakaran kecil yang terjadi di Unit 100-CDU itu terjadi sekitar pukul 11.20 WIB hingga 11.40 WIB. Penyebab kebakaran karena ada kebocoran di salah satu peralatan alat penukar panas (Heat Exchanger) 100-E-7 yang akan dioperasikan.

Alat tersebut, lanjut Dasma berfungsi sebagai alat transfer panas antara Crude oil dengan Residue yang berbentuk pipa berukuran besar dan didalamnya terdapat banyak pipa-pipa kecil. Namun akibat dari kebakaran itu dipastikan tidak mengganggu operasional kilang dan distribusi BBM Pertamina.
Adapun kronologis kejadiannya, lanjut Dasma, Heat Ecxhanger 100-E-7 yang stand by dipanasi atau di warming up guna dioperasikan untuk mengganti Exchanger yang sedang beroperasi (rencana di over), tapi ternyata ada kebocoran pada flange tube sheet karena kelonggaran dalam memasang baut.

Setelah api dipadamkan barulah dilakukan pengikatan baut yang longgar tersebut. Hal ini terjadi murni karena kesalahan dalam perawatan kondisi peralatan. Kebakaran ini untungnya tidak menimbulkan korban dan kerugian belum dapat ditaksir.

"Flash terjadi pukul 11.20 WIB dan upaya pemadaman segera dilakukan Operator lapangan yang sedang bekerja dilokasi dan Regu pemadam kebakaran dari K3LL RU – II dengan menggunakan dry chemical dan dilanjutkan dengan menggunakan Fire truck dan api padam pada pukul 11.40 WIB, tanpa menimbulkan korban," kata Dasma kepada sejumlah wartawan.
Kabag Humas Media Pertamina UP II Dumai, Hendra Nasution, menjelaskan sumber flash berasal dari heat exchanger. Kejadian bermula ketika heat exchanger hendak dioperasikan setelah dibersihkan.

Namun tiba-tiba ada kebocoran di satu pipa yang mengeluarkan minyak, karena adanya baut yang longgar. Minyak yang keluar ini langsung terbakar karena panasnya suhu yang mencapai 300 derajat celcius di heat exchanger. Pengertian flash atau fire point yang dimaksud adalah dimana sejumlah bahan bakar panas dapat menyala dan menimbulkan api dengan sendirinya. Kejadian tersebut dapat berlangsung dimana unsur-unsur untuk menimbulkan api yang dikenal dengan istilah segitiga api telah terpenuhi yaitu udara, temperatur/suhu dan bahan bakar ataupun uap bahan bakar.

Pasca kejadian menurut Hendra, tidak ada kerusakan berarti dan pipa yang sempat bocor sudah diperbaiki. Secara keseluruhan kondisi kilang aman dan beroperasi normal serta tidak terjadi gangguan terhadap penyaluran BBM. “Flash itu hal biasa dalam dunia perminyakan. Tapi bukan berarti tak menjadi perhatian Pertamina,” jelasnya. (rzk) / foto: ilustrasi

Tautan Berita:

    Tidak ada berita terkait!